sepakbola bergantung pada situasi, wasit, nasib sial, hingga cedera

Seperti halnya Bayern Munich di Bundesliga, Juventuspun seolah-olah jadi tim raksasa yang sendirian mendominasi pentas domestik Serie A dan Coppa Italia. Sementara tim lainnya bak hanya penggembira belaka itu terliahat tim pesaingnya seperti ac milam, inter milan, lazio, fiorentina,roma melum menunjukan taji yang bisa menjadi momok sang jawara bertahan juventus.
selain itu juga tidak lepasnya dari kesulitan keuangan klub yang akhirnya, tak mampu mendatangkan para pemain mumpuni untuk memperkuat tim agar lebih kompetitif.Terkait dengan keuangan tidak terlepas dari pengaruh investor. Tim-tim Eropa lainnya bisa sangat aktif di bursa pemain dengan nilai transfer begitu‘gila-gilaan’, berkat uluran investasi dari para hartawan amerika,eropa dan Asia.
Ini pulalah yang menjadikan pertimbangan manajemen AC Milan, setelah memutuskan untuk menjualnya ke sebuah konsorsium ke benua asia asal China Setidaknya dengan adanya investor baru, Il Diavolo Rosso bisa mendatangkan banyak para pemain berkualitas dengan tujuan, bangkit dari keterpurukan dan di dan di perhitungkan di kancah domenstik maupun internasional,sebagaimana halnya masa jaya beberapa waktu tahun lalu.
“Kita butuh kesabaran . Liga-Liga Eropa sudah diinvasi uang (dari investor) Rusia,arab dan china,” tutur Wakil Presiden Milan Paolo Berlusconi.
“Di Italia, Juventus adalah bosnya. Sulit buat tim-tim lainnya yang kini hanya bisa seperti pemeran pembantu dan hanya bisa meramaikan seri A saja. Tanpa berlaga di Liga Champions, Anda kehilangan pendapatan 40-50 juta euro (Rp591-739 miliar),” imbuhnya, dikutip Football-Italia, Selasa (13/9/2016). “Tahun lalu kami sudah berinvestasi, namun sepakbola bergantung pada situasi, wasit, nasib sial, hingga cedera. Pemilik baru Milan? Bukan hanya satu pebisnis, tapi sebuah organisasi yang didukung pemerintah China,” tuntasnya.