Swedia tawarkan jet tempur ke indonesia

Sempat gigit jari, kini Saab kembali mencoba peruntungannya untuk merebut perhatian Indonesia dari Su-35. Perusahaan kedirgantaraan asal Swedia ini yakin betul, Indonesia masih berpeluang melirik produsen lain mengingat proses negosiasi pembelian Sukhoi masih belum mencapai titik terang.
"Kami membuka kembali negosiasi dengan Indonesia," ujar Campaign Director for Gripen in Indonesia, Magnus Hagman di Hall D Jakarta International Expo, Jakarta, belum lama ini.
Untuk menunjukkan kehebatan produknya, Saab ikut serta dalam pameran pertahanan IndoDefence yang diselenggarakan selama empat hari di Jakarta. Tak hanya memperkenalkan kembali produk andalannya Gripen, mereka juga menawarkan tiga produk lainnya.
Gripen, merupakan pesawat tempur multiperan. Pesawat ini diperkenalkan kepada dunia sejak 9 Desember 1988 lalu.
Gripen hampir mirip dengan Super Hornet yang menjadi pesawat tempur multi peran. Dibangun oleh Saab, Gripen menggunakan radar pulse-doppler yang dapat mendeteksi dan mengindentifikasi pesawat musuh dari jarak maksimum 120 kilometer.
Gripen dirancang sebagai senjata bertahan untuk melindungi dari serangan potensial. Gripen dirancang untuk digunakan pada landasan pacu pendek bahkan hanya 800 meter.
Harga pesawat ini ditaksir mencapai USD 69 juta atau setara dengan Rp 893 miliar. Selain Swedia, Jas 39 ini juga digunakan oleh Afrika Selatan, Thailand, Hungaria, Republik Ceko.Menurut Saab, Gripen merupakan jawaban bagi Indonesia yang membutuhkan alustsita untuk kepentingan pertahanan udara. Sebab, alat ini bisa mendeteksi target sekecil apapun.
Kemudian, Saab juga memperkenalkan pesawat intai GlobalEye. Pesawat ini bisa mendeteksi target dari jarak 10 kaki, bahkan target seperti kapal nelayan sekalipun bisa tercium jejaknya.
Saab meyakini, pesawat ini ocok dengan Indonesia yang tengah gencar menghadapi illegal fishing, antipenyelundupan orang, antipembajakan, penyelamatan, bahkan konflik di Laut China Selatan.
"Benda ini sangat cocok buat Indonesia, bisa mengumpulkan informasi intelijen bagi militer atas Laut China selatan," ujar Head of Gripen Saab, Jerker Ahlqvist.
Di samping itu, pesawat ini diklaim mampu memberikan peringatan bahaya atas serangan musuh dakan rentang waktu 20 menit. Kemampuan ini jauh lebih baik dibandingkan radar biasa yang hanya memberikan waktu 5 menit untuk merespons sebuah serangan.
Jangkauan pantauan mencapai 780 km persegu, dan mampu mencapai ketinggian hingga 2.000 kaki.
"GlobalEye bisa mendukung kebutuhan TNI, Penjaga laut dan polisi maritim serta Kementerian Perikanan, energi dan transportasi," tutupnya.
Saab juga menawarkan sistem pertahanan udara berbasis darat. Sistem ini menggunakan teknologi RBS 70 NG dan radar Giraffe 1x AESA. Serta sistem pertahanan pertempuran laut berupa combat management systems untuk segala jenis kapal.