Coaching Clinic Kusnaeni pembinaan kurang optimalnya

Minimnya regenerasi dan belum optimalnya prestasi tim nasional senior disebut pengamat Mohamad Kusnaeni sebagai konsekuensi logis kurang optimalnya pembinaan sepak bola usia muda di Tanah Air.
Hal itu diungkapkan Kusnaeni dalam "Coaching Clinic Kepelatihan Sepak Bola Usia Muda" di Wisma Makara UI Depok, Jawa Barat, 22-23 Desember 2016, yang digelar oleh Asdep Tenaga dan Organisasi Keolahragaan Kemenpora RI.

Saat ini jumlah pelatih di Indonesia yang memiliki lisensi AFC masih minim, khususnya untuk pembinaan usia muda. Padahal, jumlah SSB di Tanah Air sangat banyak. Di sinilah digembleng para pemain masa depan Indonesia.

Guna melahirkan pemain sepak bola yang andal harus dimulai dengan pelatih berkualitas. Hal itu pun diakui Asdep Tenaga dan Organisasi Keolahragaan Dra. Marhaeni Dyah K, M.Pd.
Menurutnya, melalui coacing clinic ini diharapkan bisa meningkatkan kualitas kepelatihan di kalangan SSB. Selain itu, ia juga berharap kegiatan ini mendorong para pelatih SSB termotivasi meningkatkan kompetensinya dan mendapatkan lisensi berstandar AFC.
"Intinya, ini adalah bentuk perhatian dan kepedulian Menpora Imam Nahrawi terhadap persepakbolaan Indonesia," ujar Marhaeni lagi.
"Menpora tidak hanya menggelar kompetisi Liga Pelajar tapi juga memikirkan peningkatan kualitas para pelatihnya."
Kabid Pelatih pada Asdep Tenaga dan Organisasi Keolahragaan, Suyadi Prawiro, menuturkan bahwa kegiatan ini diikuti 50 peserta dari berbagai SSB di Jabodetabek. Rencananya, pihaknya akan menyelenggarakan kegiatan serupa di Serpong dan Bekasi.
"Idealnya, kegiatan seperti ini bisa digelar di seluruh provinsi di Tanah Air," Kusnaeni menambahkan. Pemerhati sepak bola ini menuturkan, pelatih adalah kunci pengembangan potensi pemain.
"Pembinaan pemain dimulai dari umur 5-6 tahun. Lalu, makin serius pada usia 12-17 tahun. Kalau pembinaan di usia tersebut lemah, maka pemain senior yang dihasilkan kualitasnya juga jadi terbatas," kata Kusnaeni lagi.