melestarikan budaya batik warga di wilayah Jalan Palbatu


Starting from the fear of cultural erosion of batik and batik is not their place of education in Jakarta, the three kampoeng batik finally realizing their ideas into a real action.

Executed by Dwi Budi Hariyanto, along with two colleagues and Bimo Budi Irawan, be now kampoeng batik, located on Jl. Palbatu IV No. 17 Menteng Dalam, Tebet, South Jakarta.
Founded in 2011 by inviting 18 batik from Java, the three have had the intent to provide batik lessons to the residents in the area of ​​Jalan Palbatu and surrounding areas with the aim to preserve the culture of batik with concrete actions.
Kampung Batik

Now, after five years of existence kampoeng batik into one place of education in Jakarta who have a certificate, as well as having a bit more sponsors one of PT Indonesia Power.
Kampoeng batik itself now has at least 13 teaching batik from areas Palbatu, South Jakarta, the teacher is presented to provide education to the community as well as visitors who want to know batik deeper.
One of the teachers on Friday (23/12) found in the batik kampoeng seen mencanting one fabric with a size of approximately 150x50 meters, Ani name.
The woman who worked as a teacher since 2013, said that the point of this education often have guests from various educational institutions and individuals.
Visitors who intend to get to know more in the process of batik and study will be directed to follow a class of batik.
Batik classes for participants under 7 oang not needed reservation in advance because, according to Ani one teacher can handle 7 to the participant, but if more is needed reservations for the batik class.
"If participants over 7 first reservation usually miss, because the teachers have to be more than one person," he said.
As for the fees charged by kampoeng batik to visitors who intend batik classes, divided into 4 types.
Kampung Batik
Mentioned by women from Surabaya, when visitors will be charged Rp 100,000 for the mencanting to dye the fabric with a size of 50 x 50 meters, Rp 200,000 for the mencanting to finishing, Rp 250,000 with cloth size larger, and Rp 250,000 to Rp 1 million for the batik process more detailed and larger fabric, as well as with longer training.
"If this training was actually the only dbutuhkan 2-4 hours to process from start to finish, that is until a million arguably the package was so cloth and prsosesnya also different," said Ani.
Regarding the distinctiveness of batik in production in kampoeng this, the woman who is now based in Pasar Minggu, explaining that kampoeng batik with batik with motif mask Betawi, motif fireworks and bird motifs Wren rambutan, while the batik process persist just not so prominent, he thinks this is because education in this place starting from the most basic.
In addition to producing hand batik, batik kampoeng also receives deposits in the form of batik cloth, shirt or tablecloth for sale to visitors.
As the deposit is of outlets batik which also has a relationship or partner with kampoeng batik in Jakarta.
"So, in addition to a place of education, batik kampoeng also sells a variety of batik has become of our partner MBA, from the originator also directly from outside Jakarta, Regarding the price, batik fabrics and garments are sold at a variety of prices. Nothing from Rp 150,000 to that there are also a million, "he said.
Kampung Batik
In addition to teaching, this afternoon batik kampoeng also visited a family who came from West Jakarta.
Family visits are intended to spend the day with educating her baby with basic knowledge in the process of batik.
When asked why, mother of three children admitted to educate cultural education like this is very important for the growth and development of the baby.
"Such learning is very important mba, especially children nearby with gadgets right now, should we as parents to motivate them to also know the culture of the country," said Joanita.
Read: Meet Mr. Tarno, only Craftsman Rattan Surviving and remaining in Pasar Minggu
Besides Joanita, who looks eager to bring her three children, Jojo close calls bontotnya child is also very enthusiastic and eager to follow batik training, although he is small, the child is already preparing himself with a piece of cloth that will be used to practice mencanting.
According to Ani, enthusiastic visitors are always like this, excited and passionate, it also recharge the spirit of the teachers to always provide the best training for the visitors as well as people around who have the willingness to train ourselves in batik activities.

see in indonesia

Berawal dari kecemasan akan lunturnya budaya membatik serta tidak adanya tempat edukasi membatik di Jakarta, ketiga penggagas kampoeng batik akhirnya merealisasikan ide mereka menjadi sebuah tindakan nyata.

Dieksekusi oleh Budi Dwi Hariyanto, bersama kedua rekannya Budi Irawan dan Bimo, jadilah kini kampoeng batik yang berlokasi di Jl. Palbatu IV No. 17 Menteng Dalam, Tebet, Jakarta Selatan.
Didirikan tahun 2011 dengan mengundang 18 pembatik dari wilayah Jawa, ketiga penggagas ini memiliki maksud untuk memberikan pelajaran membatik kepada para warga di wilayah Jalan Palbatu dan sekitarnya dengan tujuan untuk melestarikan budaya batik dengan tindakan nyata.
Kampung Batik

Kini, setelah 5 tahun berdiri kampoeng batik menjadi salah satu tempat edukasi di Jakarta yang memiliki sertifikat, serta memiliki sedikit banyak sponsor salah satunya dari PT Indonesia Power.
Kampoeng batik sendiri kini memiliki sedikitnya 13 pengajar membatik yang berasal dari daerah Palbatu, Jakarta Selatan, para pengajar ini dihadirkan untuk memberi edukasi kepada para masyarakat serta pengunjung yang hendak mengenal batik lebih dalam.
Salah satu pengajar yang pada Jumat (23/12) ditemui di kampoeng batik tersebut terlihat sedang mencanting salah satu kain dengan ukuran kurang lebih 150x50 meter, Ani namanya.
Wanita yang bekerja sebagai pengajar sejak tahun 2013 ini mengatakan kalau tempat edukasi ini sering kali kedatangan tamu dari berbagai instansi pendidikan ataupun individu.
Pengunjung yang bermaksud untuk mengenal lebih dalam proses membatik dan mempelajarinya akan diarahkan untuk mengikuti kelas membatik.
Kelas membatik untuk peserta dibawah 7 oang tidak diperlukan reservasi terlebih dulu karena menurut Ani satu pengajar dapat menangani ke 7 peserta tersebut, namun bila lebih maka diperlukan reservasi untuk kelas membatik tersebut.
“Kalau peserta lebih dari 7 biasanya reservasi dulu mbak, karena kan pengajarnya harus lebih dari satu orang,” ucapnya.
Sedangkan untuk biaya yang dikenakan oleh kampoeng batik kepada pengunjung yang bermaksud mengikuti kelas membatik, terbagi menjadi 4 tipe.
Kampung Batik
Disebutkan oleh wanita asal Surabaya ini, kalau pengunjung akan dikenakan Rp 100.000 untuk proses mencanting hingga mewarnai kain dengan ukuran 50 x 50 meter, Rp 200.000 untuk proses mencanting hingga finishing, Rp 250.000 dengan ukuran kain yang lebih besar, dan Rp 250.000 hingga Rp 1 juta untuk proses membatik yang lebih detail dan kain yang lebih besar, serta dengan pelatihan yang lebih lama.
“Kalau pelatihan ini kan sebenarnya hanya dbutuhkan waktu 2–4 jam untuk proses dari awal hingga finishing, kalau yang sampe sejuta bisa dibilang paket lah jadi kainnya dan prsosesnya juga berbeda,” tutur Ani.
Mengenai kekhasan batik yang di produksi di kampoeng ini, wanita yang kini berdomisili di Pasar Minggu, menjelaskan kalau kampoeng batik khas dengan batik tulis dengan motif topeng betawi, motif kembang api dan motif burung gelatik buah rambutan, sedangkan proses membatik lainnya tetap ada hanya saja tidak begitu menonjol, menurutnya hal ini karena edukasi di tempat ini dimulai dari yang paling dasar.
Selain memproduksi batik tulis tangan, kampoeng batik juga menerima titipan batik berupa kain, baju ataupun taplak meja untuk dijual terhadap pengunjung.
Adapun titipan tersebut adalah dari gerai-gerai batik yang juga memiliki hubungan atau bermitra dengan kampoeng batik di Jakarta.
“Jadi, selain tempat edukasi, kampoeng batik juga menjual beragam batik yang sudah jadi dari mitra kita mba, dari penggagas juga ada yang langsung dari luar Jakarta, Mengenai harga, kain-kain batik dan pakaian ini dijual dengan harga beragam. ada yang dari Rp 150.000 sampai yang sejuta juga ada,” ucapnya.
Kampung Batik
Selain pengajar, siang tadi juga kampoeng batik dikunjungi satu keluarga yang berasal dari Jakarta Barat.
Kunjungan keluarga ini dimaksudkan untuk menghabiskan hari dengan mengedukasi buah hati nya dengan pengetahuan dasar dalam proses membatik.
Saat ditanya alasannya, Ibu tiga anak ini mengaku mengedukasi pendidikan budaya seperti ini sangat penting untuk tumbuh kembang buah hati.
“Pembelajaran seperti ini sangat penting mba, apalagi anak-anak sekarang kan dekatnya dengan gadget, harus kita sebagai orang tua memberi motivasi mereka untuk juga kenal dengan budaya negaranya,” ungkap Joanita.
Baca: Perkenalkan, Pak Tarno, Satu-satunya Perajin Rotan Bertahan dan Tersisa di Pasar Minggu
Selain Joanita, yang terlihat bersemangat membawa ketiga anaknya, Jojo panggilan akrab anak bontotnya ini juga terlihat sangat antusias dan bersemangat mengikuti pelatihan membatik, meski usianya terbilang kecil, anak ini sudah menyiapkan dirinya dengan sehelai kain yang akan digunakannya untuk berlatih mencanting.
Menurut Ani, antusias pengunjung selalu seperti ini, bersemangat dan menggebu-gebu, hal ini juga mengisi ulang baterai semangat para pengajar untuk selalu memberikan pelatihan yang terbaik untuk para pengunjung serta masyarakat sekitar yang memiliki kemauan untuk melatih diri dalam kegiatan membatik.