susi susanti harus pandai-pandai memilih kejuaraan

Kepala Bidang Pembinaan Prestasi PP PBSI, Susy Susanti, menilai turnamen nasional dan internasional bulutangkis tak lagi sulit dicari. Justru tugas PBSI untuk pandai-pandai memilih kejuaraan yang akan diikuti.

Susy mendapatkan tugas baru dalam kepengurusan PP PBSI periode 2016-2020 yang dipimpin Wiranto. Peraih medali emas Olimpiade 1992 Barcelona itu menggantikan Rexy Mainaky sebagai ketua bidang pembinaan dan prestasi (kabid binpres). Saat kepengurusan Gita Wirjawan 2012-2016, Susy menjabat sebagai staf ahli. Dalam menjalankan tugas kali ini, Susy akan didampingi ketua sub bidang (kasubbid) pelatnas Lius Pongoh.

Susy menitikberatkan rencana kerja kepada prestasi dan regenerasi. Untuk urusan regenerasi, dia bakal berfokus kepada tiga sektor yang kurang terlihat: ganda putri, tunggal putri, dan tunggal putra. Dalam waktu terdekat dia akan menyeleksi nama-nama atlet yang akan dipromosikan ke pelatnas Cipayung, Jakarta Timur mulai 1 Januari 2017.

Agar para pemain, utamanya pemain muda, bisa mendapatkan polesan yang lebih sip dari pelatih dan mendapatkan pengalaman tanding, Susy bakal lebih selektif memilih turnamen.

"Untuk pemberangkatan pemain usia muda kami tetap melihat dari hasil pertandingan, rangking, juga sejauh mana yang penting untuk perangkingan. Soalnya pertandingan kan banyak, jadi harus pintar memilih pertandingan dan disesuaikan dengan kepentingan si atletnya juga, " ujar Susy yang ditemui di Hotel Century Park, Senayan, Jakarta, Minggu (4/12/2016).

"Selain itu, untuk pengiriman pemain saya juga akan berkoordinasi dengan pelatih terkait persiapan. Saya kasih kebijakan buat mereka, tetapi harus komitmen dan bekerja keras bersama.
"Selain itu, turnamen yang akan diikuti oleh atlet juga sebaiknya diimbangi dengan program latihannya. Misalnya Januari dua turnamen, Februari fokus latihan, Maret-nya kembali ikut turnamen. Itupun harus selektif. Minimal harus ada jedanya. Sebab, jika setiap bulan ikut turnamen terus kapan latihannya? Sementara peak perfomance itukan ada waktunya.

"Kita harus memperhatikan kebutuhan atlet karena si atletnya nanti bukan cuma jenuh tapi secara kualitas juga menurun. Kalau dalam kondisi seperti itu, si atlet justru tidak akan fokus dan tidak bisa maksimal. Secara kepercayaan diri juga berkurang karena kemarin-kemarin kok menang, tapi turnamen ini kalah. Padahal ini cuma soal si pemain yang tidak mempunyai waktu untuk mengasah skill mereka, tidak pernah latihan. Jadi, idealnya memang harus harus ada jeda turnamen," ucap dia.