Desain inilah yang di minati menjadi tren

Arsitektur modern dan desain kontemporer melekat kuat pada kehidupan masyarakat metropolitan di kota-kota besar Indonesia.
Era arsitektur modern ditandai dengan penyederhanaan ide-ide desain dari yang semula berbentuk rumit menjadi lebih sederhana dengan mencantumkan struktur yang kokoh yang bernilai estetika tinggi. Desain inilah yang kemudian menjadi tren dan diminati hingga sekarang.

Berangkat dari fenomena tersebut, Delution sebagai konsultan yang bergerak dibidang perencanaan arsitektur dan desain interior menawarkan suatu produk perencanaan dengan pendekatan berbeda sehingga menghasilkan produk desain berkelas internasional.
Delution telah menangani beberapa proyek arsitektur dan interior, mulai dari rumah tinggal, kantor, cafe, gym, resort, apartemen, hotel hingga masterplan yang tersebar di seluruh indonesia.

Pertama kali didirikan oleh 3 arsitek muda yakni Muhammad Egha, Sunjaya Askaria, dan Hezby Ryandi pada tahun 2013 di Jakarta. Pada tahun 2014 Fahmy Desrizal ikut bergabung sebagai partner dan ikut berkontribusi terhadap pertumbuhan Delution

“Kami selalu berusaha menciptakan gagasan yang inovatif dan kreatif dalam menjawab kebutuhan arsitektur dan interior masa kini. Dan, kami memiliki visi dapat ikut berpartisipasi dalam membangun wajah ruang dan kota menjadi lebih baik sehingga Indonesia dapat dipandang lebih baik oleh dunia internasional, karna bagi kami Arsitektur tidak sekedar bangunan, namun juga menjadi simbol peradaban sebuah kota bahkan negara,” ungkap CEO Delution, Muhammad Egha, di kantor Delution di daerah Jakarta Selatan.

Selain menangani proyek di daerah lokal, dan nasional, Delution juga telah menangani beberapa klien mancanegara.

“Klient kami beragam dari mulai perorangan hingga korporasi besar baik dalam negeri maupun luar negeri. Selain menjalankan berbagai macam proyek di Jakarta, Sukabumi, Bengkulu, Bali, Surabaya, Semarang dan Jambi. Untuk mancanegara kita pernah mengerjakan suatu proyek di India,” ujar pria kelahiran Jakarta, 7 Desember 1990 itu.

Meski belum lama berkiprah di bidang arsitektur dan desain interior, Delution Architect telah menorehkan banyak prestasi penghargaan baik secara nasional maupun internasional.
Sebut saja Honourable mention di Dulux Designer Awards kategori Rumah tinggal yang diadakan oleh AkzoNobel untuk tingkat nasional pada 2016.
Sementara di panggung internasional seperti Special Mention German Design Award 2016 kategori Interior Desain yang diadakan German Design Council di Frankfrut, Best Design of The Year for Corporate Small Space Category yang diadakan IIDA (International Interior Design Association) di Hong-Kong, A' Gold Design & Competition kategori Interior Design award di Italy, dan Finalis 2A Asia Architecture Awards yang diadakan 2A Magazine di Istanbul.

“Saat menang penghargaan pertama dan diundang ke Hongkong, kita satu-satunya wakil dari Indonesia yang bersanding bahkan meraih award terbaik di antara Negara-negara di lingkup Asia Pasifik. Ini bukan soal saya, bukan soal perusahaan kami, tapi lebih kepada karya anak bangsa ternyata bisa bersaing di kancah global,” papar pria yang punya hobi traveling ini.
Visi Misi ke Depan
Sebagai pengusaha pemula, akses permodolan selalu menjadi hambatan dalam merintis usaha. Di usia sangat muda saat itu 22-23 tahun tentu sulit pula mendapat pinjaman dari perbankan.
Untuk itu, Egha dan rekan- rekannya mengumpulkan modal secara swadaya hingga terkumpul kurang lebih Rp. 30 juta. Dengan modal minim tersebut, Egha dan kawan- kawan, mulai membuka usaha Jasa konsultannya di rumah kos ukuran 3x4 meter di dekat kampus.
Seiring berjalan waktu, bisnis 3 sekawan ini semakin menanjak. Dari yang berkantor di rumah kos, sudah bisa pindah ke kantor yang lebih baik di daerah Bintaro, Jakarta Selatan. Bahkan, tim mereka juga betambah menjadi 23 orang dengan usia mayoritas dibawah 26 tahun.

“Integritas hingga akhir membuat klien- klien kami nyaman. Intinya kita sikapi dengan profesional membuat mereka percaya dan merekomendasikan kami ke jaringan mereka lainnya. Word of mouth jadi kuncinya. Kebetulan saya dan teman-teman juga aktif di organisasi jadi ya kita bernetworking semuanya,” tutur Egha
Kepada pengusaha- pengusaha pemula yang bergerak di bidang yang sama, Egha berpesan agar tidak takut bersaing di kancah global, dan mengenalkan kebudayaan Indonesia lewat keindahan arsitektur dan interior.

“Tantangan terbesar pengusaha lokal saat ini adalah kompetisi yang semakin berat antar pelaku usaha. Namun, peluang yang ada di depan mata juga tidak kalah besarnya. Untuk itu, teman- teman harus terus meningkatkan kualitas, dan jangan pernah berhenti berinovasi,” tutup Egha yang juga Fungsionaris Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI).