AS menyetujui penggunaan darurat remdesivir obat virus corona




Pengobatan antivirus buatan Gilead Sciences itu akan digunakan untuk pasien dengan gejala parah, contohnya pasien yang membutuhkan oksigen tambahan atau ventilator.

"Ini merupakan persetujuan kilat," kata Komisioner FDA Stephen Hahn, Sabtu (2/5/2020) waktu setempat.

FDA menyetujui remdesivir karena hasil studi pemerintah menunjukkan remdesivir bisa mempercepat proses pemulihan sebesar 31 persen. Mereka yang diberikan obat ini meninggalkan rumah sakit dalam rata-rata 11 hari, dibandingkan dengan 15 hari di kelompok pembanding. Obat ini juga dianggap mampu menyelamatkan pasien dari kematian, tetapi belum ada bukti kuat yang mendukung klaim tersebut.

AS juga berencana memproduksi vaksin Covid-19 dalam jumlah masif, sekitar 300 juta dosis dalam delapan bulan atau sekitar Januari 2021, dalam operasi yang disebut "Operation Warp Speed".

Hingga hari ini, terdapat 1.160.774 kasus virus corona di AS dengan 67.444 korban jiwa, menurut data Worldometers.
Badan Pengawas Makanan dan Obat-obatan (FDA) AS menyetujui penggunaan darurat remdesivir untuk menangani pasien virus corona atau Covid-19.

Setelah memutuskan untuk tidak mengimpor Avigan atau favipiravir untuk mengobati pasien terpapar virus corona atau covid-19, Korea Selatan memilih Remdesivir untuk dikembangkan.

Pemerintah Seoul memberikan izin penggunaan Remdesivir yakni obat anti-viral eksperimental yang dibuat oleh perusahaan farmasi terbesar di Amerika Serikat Gilead Sciences Inc.

Dikutip dari VOA, obat buatan Gilead Sciences itu telah disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) untuk riset klinis pada Februari 2020.

Awalnya, obat tersebut dikembangkan untuk mengobati Ebola dan berhasil membasmi beberapa jenis virus corona termasuk MERS dan SARS.

Remdesivir juga telah mengantongi izin dari pemerintah Seoul agar dikembangkan secara lokal yang disebut Virus Suppressing Factor (VSF) untuk mengobati pasien covid-19.

Tidak hanya Korea Selatan, Jepang, Tiongkok dan Amerika Serikat juga sedang melakukan uji klinis terhadap Remdesivir.

Sumber: VOA, Liputan6