AS Setujui Remdesivir Sebagai Obat Corona

Badan Urusan Obat dan Makanan Amerika Serikat atau Food and Drug Administration (FDA) telah memberikan persetujuan pada penggunaan obat remdesivir bagi pasien virus corona, Presiden Donald Trump mengatakan Jumat (1/5/2020) waktu setempat.

Remdesivir adalah obat yang awalnya dikembangkan untuk melawan virus Ebola.

Menurut Trump, Gilead, perusahaan yang mengembangkan obat itu, menyambut baik persetujuan ini sebagai langkah pertama yang krusial dan akan menyumbangkan 1 juta tabung Remdesivir.

Wakil Presiden Mike Pence mengatakan obat ini akan didistribusikan ke rumah sakit mulai Senin.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan di berbagai rumah sakit, obat ini bisa memangkas durasi gejala Covid-19 dari 15 hari menjadi 11 hari.

Jika benar demikian, para pakar kesehatan menyebutnya sebagai "hasil yang fantastis" meskipun bukan obat yang paling mujarab.


Remdesivir merupakan obat anti-virus yang bekerja dengan cara menyerang enzim yang dibutuhkan virus untuk berkembang biak di sel tubuh kita.

Uji coba dilakukan oleh Institut Alergi dan Penyakit Infeksi Nasional AS dengan melibatkan 1.063 orang. Sebagian pasien mendapatkan obat itu, sebagian lagi hanya diberi tiruan palsunya.

Menurut Dr Anthony Fauci yang memimpin lembaga itu, data yang dihasilkan menunjukkan obat ini mampu mengurangi jangka waktu untuk sembuh.

Hasilnya juga membuktikan obat tersebut “bisa memblokir virus” dan membuka pintu harapan dalam merawat pasien Covid-19.

Tingkat kematian pada pasien yang diberi Remdesivir sebesar 8% sementara untuk pasien yang hanya diberi tiruannya sebesar 11,6%. Secara statistik perbedaan ini tidak signifikan jadi dampak untuk mencegah kematian tidak bisa ditegaskan secara ilmiah.



Sumber: BBC